Sebagai salah satu upaya menjaga keseimbangan ekosistem laut, Departemen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengunjungi Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) pada Kamis (26/9). Kunjungan ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan PRESS Workshop yang telah diadakan sebelumnya. Dengan dipimpin oleh Ketua Pelaksana Dr. rer.nat. Safwatun Nida, M.Pd., acara tersebut juga dihadiri oleh Prof. Dr. Hadi Suwono, M.Si., Dekan FMIPA UM, serta 75 peserta yang terdiri dari pemateri luar negeri, dosen, dan mahasiswa dari departemen IPA.
BSTC adalah sebuah LSM yang berfokus pada konservasi penyu, dikelola oleh warga dan mahasiswa yang sadar akan pentingnya kelestarian spesies ini. Lokasinya terletak di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang dan berdekatan dengan pantai Bajulmati. Selain aktif dalam konservasi penyu, BSTC juga melakukan penanaman mangrove sebagai upaya untuk mengatasi abrasi dan erosi. Departemen IPA Dr. Nida berharap kunjungan mereka ke BSTC dapat memberikan edukasi kepada para stakeholder tentang pentingnya melestarikan penyu dan potensi yang ada dalam konservasi ini sebagai pembelajaran. Menurutnya, field trip ini melibatkan calon guru IPA, dosen, dan science education sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang konservasi penyu yang perlu dilindungi serta memanfaatkan potensi konservasi ini sebagai sumber belajar yang bermanfaat.
Para peserta diajak untuk menikmati suara deburan ombak dan keindahan laut pada awal perjalanan mereka. Pemandu wisata dari BSTC membawa mereka menuju lahan khusus untuk menanam mangrove. Ada lima puluh lubang yang harus ditanami dengan pohon mangrove, dan sebelum mulai menanam, pemandu wisata menjelaskan proses penanaman, perawatan, dan pertumbuhan mangrove.
Setelah memasang pohon bakau bersama-sama, wisatawan diarahkan oleh pemandu ke sekolah alam dan tempat konservasi untuk tukik (bayi penyu). Di sekolah alam, mereka belajar tentang proses konservasi dan perawatan tukik. “Saat ini kami memiliki lebih dari 7.000 calon tukik yang belum menetas. Kami merawat mereka selama 40 hingga 60 hari sebelum mereka dilepaskan ke laut. Kami memberi mereka makanan tunas untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan protein. Selain itu, kami juga membatasi interaksi dengan manusia dan paparan sinar matahari langsung,” kata petugas yang menyampaikan materi.
Dalam acara di sekolah alam, pengurus BSTC, Sutari, memberikan sertifikat kepada para dosen yang terlibat dan dekan FMIPA. Setelah sesi penyerahan dan foto bersama, pemandu wisata mengajak peserta untuk mengambil tukik dan bersiap-siap untuk melepaskannya ke laut. Tukik yang dilepas berjumlah 66 ekor dengan harapan mereka akan tumbuh dan berkembang biak secara alami di habitat asli mereka.
Dr. Franz-Rauch, seorang pembicara yang berasal dari University Klagenfurt, Austria, memberikan apresiasi kepada kegiatan Field Trip yang diadakan oleh Departemen IPA. Dalam pandangannya, kegiatan tersebut sangat mendukung keberlanjutan dalam bentuk penelitian dan field trip seperti ini. Ia juga sangat menghargai para pekerja konservasi yang berkomitmen dan memandang pekerjaan mereka sebagai sesuatu yang penting dalam menjaga lingkungan.